Tanpa sadar ibu sudah ada di kamarku, terlihat pipinya merona, membulat. Bibirnya menyungging senyum sampai terlihat giginya berbaris rapi, memberikan senyuman terindah khas ibuku. Ada sesuatu yang bisa ku baca namun kubantah diriku untuk berkata, bahasa verbal membuatnya lebih bernyawa. Kubalas dengan menatapnya penuh makna memberikan senyuman terindah yang ku punya. Dia lalu memeluk tubuhku seperti bayi pertamanya yang selesai di bedong, dinina bobokan dengan lagu cinta. Aku sedikit kaku dan kikuk dibuatnya tapi kuikuti saja alurnya, mataku memejam merasakan hangat setiap aliran pembuluh darah yang mengalir, tubuhku seakan menyusut kembali ke 22 tahun silam seperti balita yang manja oleh rengekan. Ku sandarkan kepalaku di bahunya lebih lama. Dia membelaiku dengan cinta, tangannya terasa lembut meski hapir setengah abad umurnya dimakan usia. Kudengar dia mengucapkan banyak doa, mengalir deras dari mulutnya.. "Moga jadi anak soleh, moga digampangkan rejekinya, dimuda
Untuk seorang pemalas selalu ada alasan untuk menunda atau bahkan tak menulis. Pepatah bilang ketika kau malas sesungguhnya jiwa itu sedang mati ! Maka Lawanlah ! Yah aku ada di kondisi itu beberapa waktu kemarin. Biar begitu, aku selalu meluangkan waktu dengan coretan kecil yang kusimpan di beberpa lembaran kertas. Nanti saja aku posting. Sekarang masih rahasia :) Kau tau ? Malam ini tenang sekali rasanya, sampai kau bisa dengar jangkrik yang sedang bersenandung diluar sana, bahkan bunyi keypad pun terdengar sangat nyaring di telinga.Yah, malam ini masih tertegun dengan kejadian tadi siang, dan aku rasa aku harus menulisnya. Siang tadi agak sedikit beda memang, tak seperti biasanya yang selalu hujan. Siang itu terik. Mungkin karna hari Jumat?! Apa hubungannya ? Tak ada. Sudahlah. Siang tadi jadi siang yang menggembiarakan setelah kudapati dalam tas ranselku terselip sebuah buku agak tebal, tapi rasanya aku sedang tak membawa novel atau buku setebal itu. Apa aku