Membaca, sebuah kegiatan yang sudah dikenalkan sejak kita mengenyam pendidikan di TK. Namun setelah kita menamatkan pendidikan kita, kadang kita malas membaca. Mungkin kita akan berpendapat bahwa setelah jenjang pendidikan dirasa cukup, kita tak perlu lagi membaca. Apalah gunanya membaca, toh hanya membuat pusing belaka, mungkin demikian pendapat kita.
Akhir-akhir ini banyak orang yang sebenarnya belum terlalu berusia tua, namun sudah menjadi pelupa. Gejala ini menjadi perhatian bagi banyak psikolog dan dokter syaraf. Kemudian, setelah melalui berbagai penelitian, diklaim bahwa beberapa zat, seperti ginko biloba dan omega 9, mampu mengurangi efek kepikunan. Namun ada sebuah klaim yang menyatakan bahwa ginko biloba tidak bisa dipastikan memberi efek mengurangi kepikunan. Lantas bagaimana.
Ternyata ada solusi yang sangat mudah dan sangat murah untuk mengurangi kepikunan. Yaitu dengan membaca. Mudah, karena kegiatan membaca bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Asal ada bahan yang dibaca, mata mampu membaca (kacamata tidak ketinggalan di rumah misalnya) dan penerangan yang cukup, maka kegiatan ini bisa dilaksanakan. Murah, karena bahan bacaan tidak mahal. Dengan uang sekitar Rp 2.500 kita bisa membeli satu eksemplar koran harian nasional yang cukup untuk dibaca seharian.
Lantas apa hubungan antara membaca dengan kepikunan. Menurut para ahli, prinsip kerja otak tak jauh berbeda dengan kinerja otot. Semakin sering dilatih, semakin hebat. Kepikunan terjadi karena banyak bagian di otak yang tidak bisa berfungsi secara optimal. Bagian-bagian ini tidak bisa bekerja secara optimal karena tidak pernah digunakan. Jika otak kita sejak dini dirangsang untuk bekerja secara optimal, maka kepikunan sebagai efek penuaan akan bisa ditekan.
Membaca merupakan aktifitas yang memerlukan kerja otak dalam jumlah lumayan besar. Ketika membaca, kita melihat huruf-huruf. Huruf tersebut kemudian ditelaah di dalam otak. Apakah huruf-huruf yang menyusun kata tersebut memiliki arti. Apakah kata-kata yang menyusun kalimat tersebut memiliki arti. Apakah makna kata-kata yang menyusun kalimat sudah selaras dan bisa memberi arti yang sesuai bagi kalimat tersebut. Apa arti kalimat tersebut.
Duane Alexander, Direktur NICHD, mengatakan bahwa orang yang sering (diminta) membaca akan memiliki kemampuan membaca yang lebih baik. Selain itu juga akan membuat kemampuan membaca lebih efisien. Salah satu bacaan yang banyak menjadi obyek penelitian adalah karya William Shakespeare. Karya pengarang ini dipilih karena Shakespeare sering menggunakan kalimat yang susunannya justru tidak baku. Profesor Philip Davis, dari University School of English, mengatakan bahwa susunan kata yang sudah teratur sesuai tata bahasa justru membosankan. Namun jika susunan kata kelihatan tidak cocok, otak justru akan “bergairah” (excited.)
Temuan Profesor Neil Robert menguatkan klaim ini. Ketika kata-kata sudah di susun secara teratur, maka otak relatif tidak bekerja. Namun ketika tata bahasa yang digunakan diubah, otak bekerja secara maksimal. Otak dipaksa untuk menyelidiki kembali proses ini, untuk memahami konstruksi kalimat yang tidak biasa. Samino, dokter spesialis syaraf RSCM, menyatakan banyak membaca dan menulis membuat otak bekerja secara maksimal. Temuan lain juga menyatakan bahwa anak yang IQ-nya rendah lebih senang menonton TV. Celakanya, anak yang sering menonton TV akan lebih agresif. Inilah alasan mengapa kejahatan berkaitan erat dengan kebodohan.
Dengan demikian ada tiga keuntungan kebiasaan membaca. Pertama, menambah pengetahuan. Kedua, mempertajam kemampuan otak. Ketiga, memperbaiki kemampuan bahasa. Indianblogger.com menyarankan beberapa cara meningkatkan kebiasaan membaca. Pertama, mencari posisi tubuh yang nyaman. Kedua, carilah buku yang bergambar, terutama untuk pemula. Ketiga, bacalah buku secara rutin. Jika tidak bisa rutin, gunakan waktu luang untuk membaca buku. Keempat, jika kesulitan berkonsentrasi, bacalah beberapa kali, atau bacalah dengan diucapkan. Kelima, belilah buku. Keenam, buku merupakan salah satu pemberian terbaik. Saran lainnya adalah membaca buku dengan genre yang berbeda. Buku dengan genre yang berbeda akan menantang kemampuan otak. Dan satu lagi, jangan terlalu sering menonton TV!
Jika Anda selesai membaca artikel ini, lanjutkanlah membaca buku-buku lain. Dan kalau bisa, buatlah tulisan mengenai apa yang Anda pikirkan ketika dan setelah membaca buku tersebut. Maka Anda telah mengurangi potensi kepikunan Anda.
Komentar
Posting Komentar