Hujan masih belum jemu menyirami bumi yang nestapa.
Yap, dari siang tadi sampai pukul 10 malam ini di luar masih gerimis.
Pria itu menghela nafas, lalu menyeruput secangkir teh yang masih mengepul dengann khusunya.
Alhamdulillah.
Sementara adiknya masih sibuk merapi-rapi diri untuk bekerja shift malam. Tak tega melihat adiknya pergi malam-malam naik angkot sendirian, pria yang masih terdiam itu pun angkat bicara
"Ayo kakak antarkan sampai pabrik pake motor". Meski ibunya menghibur "kakak kan baru pulang kerja, di luar hujan pula. "Gapapa, ada jas hujan. Lagian apa masih ada angkot jam segini? mana hujan lagi". tegas pria itu.
Ah, rasanya sekedar cara ibu dan adiknya yang ingin perhatian dan jawaban kakaknya saja.
"Ayo pakai jas hujannya". pintanya kepada adiknya. "Assalamualaikum..."
Tak banyak kata, mereka pun pergi menerobos rintik-rintik hujan yang mulai deras.
Sunyi...
Hanya beberapa geraman kendaraan yang masih terbangun. Belakangan ini memang komunikasi kakak dan adiknya itu berkurang keakrabannya. Mungkin sikap karna sikap si kakak yang menyebalkan, dan mungkin sikap si adik yang tidak bisa memposisikan diri.
Si kaka yang lebih dewasa berfikir "mungkin aku saja yang minta maaf duluan". walaupun egonya yang tinggi menolak dan berontak. "Masa dia yang salah, aku yang harus minta maaf ?" lagi egonya membantah.
Ah.. sudahlah untuk apa pula mempertahankan ego yang meninggi sementara perasaaannya tidak nyaman, bahkan dia adiknya sendiri. Wajarlah bagi adik perempuannya yang masih kekanakan.
Motor yang mereka tumpangi masih melaju di jalanan yang tidak rata dan beberapa diantaranya digenangi air, sesekali posisi duduknya terlonjak terkena lubang jalanan. Dia menghela nafas dan mencoba mengumpulkan keberanian untuk memulai, tapi egonya masih saja menahan dan beringsutlah keberaniannya.
"Sesulit inikah mengawali permohonan maaf ? why?".
"Ayo lah, ini satu-satunya momentum yang tepat, begitu besarkah egomu pria durjana". bentak batinnya.
Hujan sedikit melunak rintiknya menjinak, walaupun angin mulai menusuk pori-pori tangan yang mulai menyusut kulitnya. Lalu pria itu kembali mencoba mengumpulkan keberaniannya lagi dan mencoba menyusun kata-kata untuk diucapkan. "dek.." terdiam sebentar "ya..apa kak?" jawabnya singkat. Adik kaka sama saja dinginnya. "ko jalannya banyak yang rusak?" hey, kenapa katakata itu? damn. "iyah banyak" itu bukan jawaban. hmm.
"Ayo lah, pengecut sekali rupanya mental mu, hey pria". "Dia yang salah !". "Omong kosong, kau payah. Minta maaf itu lebih kesatria". Batin dan egonya saling menghujat. Baiklah cukup!
"Dek, aku minta maaf kalo pernah menyinggung atau kamu sakit hati karna sikapku. Bukan karna apa, tapi aku perduli. Banyak sekali temanmu yang salah pergaulan dan terjerumus, itu sih terserah kamu yang jelas aku udah mengingatkan. Takutnya belum di maafkan, karna tidak tau kan kapan ajal menjemput kakakmu ini."
"Ngomongnya apa sih si kakak !", dipukulnya bahu kakaknya ini.
Pria itu tertawa sinis, hhe.
Runtuhlah ego dan keangkuhannya.
Kemudian hening... bahkan riak air hujan pun terdengar jelas.
Alhamdulillah, Pria durjana itu berhasil melakukannya.
By: TRQ
Yap, dari siang tadi sampai pukul 10 malam ini di luar masih gerimis.
Pria itu menghela nafas, lalu menyeruput secangkir teh yang masih mengepul dengann khusunya.
Alhamdulillah.
Sementara adiknya masih sibuk merapi-rapi diri untuk bekerja shift malam. Tak tega melihat adiknya pergi malam-malam naik angkot sendirian, pria yang masih terdiam itu pun angkat bicara
"Ayo kakak antarkan sampai pabrik pake motor". Meski ibunya menghibur "kakak kan baru pulang kerja, di luar hujan pula. "Gapapa, ada jas hujan. Lagian apa masih ada angkot jam segini? mana hujan lagi". tegas pria itu.
Ah, rasanya sekedar cara ibu dan adiknya yang ingin perhatian dan jawaban kakaknya saja.
"Ayo pakai jas hujannya". pintanya kepada adiknya. "Assalamualaikum..."
Tak banyak kata, mereka pun pergi menerobos rintik-rintik hujan yang mulai deras.
Sunyi...
Hanya beberapa geraman kendaraan yang masih terbangun. Belakangan ini memang komunikasi kakak dan adiknya itu berkurang keakrabannya. Mungkin sikap karna sikap si kakak yang menyebalkan, dan mungkin sikap si adik yang tidak bisa memposisikan diri.
Si kaka yang lebih dewasa berfikir "mungkin aku saja yang minta maaf duluan". walaupun egonya yang tinggi menolak dan berontak. "Masa dia yang salah, aku yang harus minta maaf ?" lagi egonya membantah.
Ah.. sudahlah untuk apa pula mempertahankan ego yang meninggi sementara perasaaannya tidak nyaman, bahkan dia adiknya sendiri. Wajarlah bagi adik perempuannya yang masih kekanakan.
Motor yang mereka tumpangi masih melaju di jalanan yang tidak rata dan beberapa diantaranya digenangi air, sesekali posisi duduknya terlonjak terkena lubang jalanan. Dia menghela nafas dan mencoba mengumpulkan keberanian untuk memulai, tapi egonya masih saja menahan dan beringsutlah keberaniannya.
"Sesulit inikah mengawali permohonan maaf ? why?".
"Ayo lah, ini satu-satunya momentum yang tepat, begitu besarkah egomu pria durjana". bentak batinnya.
Hujan sedikit melunak rintiknya menjinak, walaupun angin mulai menusuk pori-pori tangan yang mulai menyusut kulitnya. Lalu pria itu kembali mencoba mengumpulkan keberaniannya lagi dan mencoba menyusun kata-kata untuk diucapkan. "dek.." terdiam sebentar "ya..apa kak?" jawabnya singkat. Adik kaka sama saja dinginnya. "ko jalannya banyak yang rusak?" hey, kenapa katakata itu? damn. "iyah banyak" itu bukan jawaban. hmm.
"Ayo lah, pengecut sekali rupanya mental mu, hey pria". "Dia yang salah !". "Omong kosong, kau payah. Minta maaf itu lebih kesatria". Batin dan egonya saling menghujat. Baiklah cukup!
"Dek, aku minta maaf kalo pernah menyinggung atau kamu sakit hati karna sikapku. Bukan karna apa, tapi aku perduli. Banyak sekali temanmu yang salah pergaulan dan terjerumus, itu sih terserah kamu yang jelas aku udah mengingatkan. Takutnya belum di maafkan, karna tidak tau kan kapan ajal menjemput kakakmu ini."
"Ngomongnya apa sih si kakak !", dipukulnya bahu kakaknya ini.
Pria itu tertawa sinis, hhe.
Runtuhlah ego dan keangkuhannya.
Kemudian hening... bahkan riak air hujan pun terdengar jelas.
Alhamdulillah, Pria durjana itu berhasil melakukannya.
By: TRQ
Komentar
Posting Komentar