Langsung ke konten utama

Permintaan Maaf

Hujan masih belum jemu menyirami bumi yang nestapa.
Yap, dari siang tadi sampai pukul 10 malam ini di luar masih gerimis.
Pria itu menghela nafas, lalu menyeruput secangkir teh yang masih mengepul dengann khusunya.
Alhamdulillah.

Sementara adiknya masih sibuk merapi-rapi diri untuk bekerja shift malam. Tak tega melihat adiknya pergi malam-malam naik angkot sendirian, pria yang masih terdiam itu pun angkat bicara
"Ayo kakak antarkan sampai pabrik pake motor". Meski ibunya menghibur "kakak kan baru pulang kerja, di luar hujan pula. "Gapapa, ada jas hujan. Lagian apa masih ada angkot jam segini? mana hujan lagi". tegas pria itu.
Ah, rasanya sekedar cara ibu dan adiknya yang ingin perhatian dan jawaban kakaknya saja.
"Ayo pakai jas hujannya". pintanya kepada adiknya. "Assalamualaikum..."
Tak banyak kata, mereka pun pergi menerobos rintik-rintik hujan yang mulai deras.

Sunyi...
Hanya beberapa geraman kendaraan yang masih terbangun. Belakangan ini memang komunikasi kakak dan adiknya itu berkurang keakrabannya. Mungkin sikap karna sikap si kakak yang menyebalkan, dan mungkin sikap si adik yang tidak bisa memposisikan diri.
Si kaka yang lebih dewasa berfikir "mungkin aku saja yang minta maaf duluan". walaupun egonya yang tinggi menolak dan berontak. "Masa dia yang salah, aku yang harus minta maaf ?" lagi egonya membantah.

Ah.. sudahlah untuk apa pula mempertahankan ego yang meninggi sementara perasaaannya tidak nyaman, bahkan dia adiknya sendiri. Wajarlah bagi adik perempuannya yang masih kekanakan.

Motor yang mereka tumpangi masih melaju di jalanan yang tidak rata dan beberapa diantaranya digenangi air, sesekali posisi duduknya terlonjak terkena lubang jalanan. Dia menghela nafas dan mencoba mengumpulkan keberanian untuk memulai, tapi egonya masih saja menahan dan beringsutlah keberaniannya.
"Sesulit inikah mengawali permohonan maaf ? why?".
"Ayo lah, ini satu-satunya momentum yang tepat, begitu besarkah egomu pria durjana". bentak batinnya.

Hujan sedikit melunak rintiknya menjinak, walaupun angin mulai menusuk pori-pori tangan yang mulai menyusut kulitnya. Lalu pria itu kembali mencoba mengumpulkan keberaniannya lagi dan mencoba menyusun kata-kata untuk diucapkan. "dek.." terdiam sebentar "ya..apa kak?" jawabnya singkat. Adik kaka sama saja dinginnya. "ko jalannya banyak yang rusak?" hey, kenapa katakata itu? damn. "iyah banyak" itu bukan jawaban. hmm.

"Ayo lah, pengecut sekali rupanya mental mu, hey pria". "Dia yang salah !". "Omong kosong, kau payah. Minta maaf itu lebih kesatria". Batin dan egonya saling menghujat. Baiklah cukup!
"Dek, aku minta maaf kalo pernah menyinggung atau kamu sakit hati karna sikapku. Bukan karna apa, tapi aku perduli. Banyak sekali temanmu yang salah pergaulan dan terjerumus, itu sih terserah kamu yang jelas aku udah mengingatkan. Takutnya belum di maafkan, karna tidak tau kan kapan ajal menjemput kakakmu ini."
"Ngomongnya apa sih si kakak !", dipukulnya bahu kakaknya ini.
Pria itu tertawa sinis, hhe.
Runtuhlah ego dan keangkuhannya.

Kemudian hening... bahkan riak air hujan pun terdengar jelas.
Alhamdulillah, Pria durjana itu berhasil melakukannya.



By: TRQ


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ichiriki Ramen dan Nuansa Negeri Sakura

Berbicara Bandung ga bisa dipisahkan sama yang namanya kuliner. Nah beberapa hari kemarin saya dapat ajakan dari barudak #BloggerBdg makan ramen gratis di salah satu resto jepang yang oriental menerutku, namanya ICHIRIKI RAMEN yang ada di jl. Riau dekat taman pramuka sbelah kiri jalan kalau dari arah Ahmad Yani. Siapa yang ga mau coba makan gratis ? tapi niat intinya sih biar bisa gabung sama komunitas blogger dan banyak belajar dari mereka (bang aswi dkk) #bukan alibi asli.. Ok balik lagi ke Ichiriki ramen, kalau dilihat tampilan tempatnya dari luar, nampak khas dengan sentuhan nuansa jepang yang eksotis dengan lampion-lampion, hiasan bunga sakura, backsound anime dan rimbunnya pepohon jl. Riau. ketika mulai masuk ke restonya lalu akan di suguhkan dengan jejeran gerobak, maksudnya apa sih ? Inilah yang di sebut konsep open kitchen, singkatnya pembeli bisa langsung ngeliatin pesenannya di masak  sama cheft nya langsung #bilang wow.. Sebelumnya ...

Jika ini yang terakhir

Setiap mahkluk bahagia menyambutnya Ada pula yang tidak ? Ah, biarlah itu pilihannya Entah kali keberapakah ia hadir Entah istimewa atau hanya numpang mampir ? Entah kan jumpa lagi atau ini yang terakhir ? Ia adalah pelipur lara,  disaat diri tenggelam dalam dosa Ia adalah penyemangat, ketika amalan kian berkarat Betapa besar kasih sayang-Mu ya Rabb... Engkau hadirkan Ramadan kembali Walaupun hamba sering kali lupa diri Hey ! Malulah diri ini jika mengingkari Hey ! Malu lah kamu jika tak jua perduli Karena kita tak pernah tau Kapan ombak menyentuh pasir Jangan biarkan hanya berlalu Mungkin saja ini Ramadan terakhir  By: orang yang berlumur dosa

Pagi Tadi

Tanpa sadar ibu sudah ada di kamarku, terlihat pipinya merona, membulat. Bibirnya menyungging senyum sampai terlihat giginya berbaris rapi, memberikan senyuman terindah khas ibuku. Ada sesuatu yang bisa ku baca namun kubantah diriku untuk berkata, bahasa verbal membuatnya lebih bernyawa. Kubalas dengan menatapnya penuh makna memberikan senyuman terindah yang ku punya. Dia lalu memeluk tubuhku seperti bayi pertamanya yang selesai di bedong, dinina bobokan dengan lagu cinta. Aku sedikit kaku dan kikuk dibuatnya tapi kuikuti saja alurnya, mataku memejam merasakan hangat setiap aliran pembuluh darah yang mengalir, tubuhku seakan menyusut kembali ke 22 tahun silam seperti balita yang manja oleh rengekan. Ku sandarkan kepalaku di bahunya lebih lama. Dia membelaiku dengan cinta, tangannya terasa lembut meski hapir setengah abad umurnya dimakan usia. Kudengar dia mengucapkan banyak doa, mengalir deras dari mulutnya.. "Moga jadi anak soleh, moga digampangkan rejekinya, dimuda...