Langsung ke konten utama

Sang Kakek

Siang hari itu cerah. Setelah melepas lelah sehabis troubleshoot dari Tasik,
aku kembali melanjutkan aktifitas pergi ke kantor. Pukul 10.30 waktu itu.
Di jalan sebelum sampai ke kantor teringat isi dompet kosong, Lalu aku
putuskan untuk mampir ke ATM di Jl. Buahbatu.

Sebelum sempat ku parkirkan Vega R merah hitamku, terlihat sesosok laki-laki
paruh baya mengenakan topi, uban yang mulai penuhi rambut dan kumisnya,
raut wajah yang khas, mungkin hampir berusia 65 - 70 tahun. Ditangan kananya
menggendong tas berwarna hitam dan di tangan kirinya membawa beberapa buku saku
berwarna ungu.

Terlihat beliau sedang berjalan berkeliling di sekitar parkiran sambil
menawarkan buku yang ia bawa. Ini dia bukunya :



Sempat tertegun sejenak melihatnya, hati kecilku berbisik : "Subhnalloh...
diusia yang sudah tak lagi muda, beliau masih semangat  berjualan mencari
nafkah, dibanding mereka yang memilih cara hina dengan meminta-minta".

Setelah parkir lalu mengambil uang di ATM, beliau masih berjalan dan menawarkan
buku-buku itu kepada orang-orang yang berlalu lalang disana. Sebelum ia
berjalan ke arah ku, sambil membopong si Vega, aku panggil si Kakek itu..

"Pak (sambil melambaikan tangan), jualan apa ?"
"ini dek, buku"
"Oh berapa harganya Pak ?"
"10 ribu dek.."
"ini pak uangnya, saya beli satu"

Setelah itu ada pembicaraan singkat dengan si Kakek, beliau bertanya
kuliah dimana ? kerja dimana ? kuliah sambil kerja ? ya..
Tidak satupun kata-kata yang keluar dari mulut beliau kecuali kata-kata
positif. Pesan yang masih tersemat dalam ingatan ku dan sampai saat ini masih
ku ingat adalah :

"Kalau kerja/hidup itu kuncinya 1, Never Give UP ! kamu tau Einstein ?
dia melakukan percobaan bola lampu di kereta api, tapi gagal lalu meledak.
Oleh masinis dia tampar dipukul, lantas apakah Einstein menyerah ? Tidak !
Dia berkata : 1000x saya GAGAL maka 1000x saya BANGKIT !"

"Dan kamu tau mengapa banyak perusahaan dalam negeri yang kurang berkembang ?
karna karyawannya tidak memiliki sifat self belonging dalam dirinya.
Yang ada di fikirannya hanya uang uang dan uang, maka tidak heran coba lihat
PNS, mereka hanya cukup absen setelah itu terserah mau kerja atau tidak..
(mohon maaf jika ada PNS yg tersenggung, memang tidak semua tapi gambaran di
masyarakat seperti itu)".

Bahasa si Kakek bercampur antara indonesia, English dan Holand.
(hanya saya lupa bahasa belanda yang beliau katakan, pabaliut he..)

Setelah ditanya beliau ternyata dari Makassar, sekarang tinggal di daerah
Pasteur Bandung, punya 5 anak, yang pertama di Singapur, yang lainnya di
indonesia. Memang aga sedikit beda sih dari raut wajahnya, bukan orang sunda.
Dan banyak nasehat lain yang belaiu sampaikan, layaknya kebanyakan orang tua
memberi nasehat kepada anaknya.
Begitu pula antara aku dengan si Kakek siang itu.

Terima kasih Engkau pertemukan aku dengannya Ya Rabb...



By : TRQ


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Awal Juni Ku Menanti

Alhamdulillah hari ini masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menjalani aktifitas. Alarm di hp sudah berkicau-kicau membangunkan. Dengan mata yang masih terasa berat untuk melek ku raih hp dan ku lihat "oh jam 3 pagi. "ah boleh lah baringan barang 5 menit lagi" gumam ku. Klik, ibu jariku mematikan rengekan alarm. Di alam mimpi yang damai aku masih bekelana,, syalala.. seketika aku di kagetkan oleh kokokan ayam yang terasa sangat nyaring di telinga sampai mata ini ternganga. Beruntunglah masih jam 4 pagi, padahal rasanya sih baru merem 5 menit, sungguh... hehe. Ah, dari pada aku terhasut lagi oleh selimut bantal, dan kasur lebih baik pergi berwudu. Yah, bangun lebih awal membuat hari-hariku lebih semangat dan bergairah, "yeahh ganbatte kudasai" aku berteriak-teriak kecil sambil kedua tangan dikepalkan, macam orang gila (huft,pengaruh baca novel) Rencananya pagi ini aku ingin pergi ke kantor naik bis, sekdar ingin mencari sesuatu yang berbeda. &q

Kunjungan ke Panti Asuhan

"Hey.. apakabar ?" tiba-tiba seorang teman menyapaku di dingding chatting. "Alhamdulillah baik, gimana yang di cirebon sana ?" sapaku kembali. "Alhamdulillah baik juga, eh lagu Bila Waktu nya opick enak ya..?!" "Iyah.. jadi ngingetin dunia teh sementara yah". jawabku. "Nah makanya aku pengen bisa ngasih manfaat ke orang lain, biar buat bekel ntar disana hehe." Belum tanganku selesai ngetik, eh dasar. "Eh, kita nyumbang ke Panti yuu..." ( Dalam hati aga aneh sih, ko tiba-tiba. Tapi aku salut dia punya niat mulia,dan aku senang ahirnya ada teman yang se-visi. Setelah dulu pernah ngajak baksos tapi mungkin merek belum siap,  ah tidak terlalu penting). Tak fikir panjang langsung ku jawab : "Hayuuu..." Setelah obrolan singkat itu, aku dan kawan ku ini seperti sibuk tak jelas.. kalo bahasa sundanya "riweuh" seperti zaman sekolah dulu. Mulai dari membuat panitia kecil, ngajak teman sana sini

Alphard Putih

"Rik, ingin punya mobil seperti itu gak ?" sambil menunjuk sebuah Alphard putih, besar yang tampak elegan dengan velg silver saat berada di perempatan jalan raya. Pertanyaan itu tiba-tiba membuka pembicaraan kami ketika akan menyebrang. "Wah.. mau atuh Pa.." penuh harap, sambil menatap lekat mobil itu. "Yakin nggaak ?" pertanyaan satu ini membuatku kembali berfikir, lalu... "..m, Insyaallah Pak.." "Kok kaya yang ragu gitu ?" "Yakin pa Yakin, tadi saya agak ragu, dan berfikir : memangnya saya sudah melakukan apa, sudah layak bisa membeli Alphard ? hehe.."  "Gak masalah Rik, yang jelas harus menunjukan benar-benar Yakin dulu kalau kita ingin meraih sesuatu, tenang aja Allah Maha kaya. Tapi kamu harus melakukan sesuatu yang beda dari orang lain, kalo dikantor ya tidak seperti enginer pada umumya". Aku menyimak dan menyoba mencerna kata-kata beliau.  "Betul juga.. " bisik batinku.