Langsung ke konten utama

Teguran Lagi | Kematian Itu Dekat

Bahagia karena 2 minggu lagi adik kelas ku akan menikah, dan aku diminta
tolong untuk membantu menjadi panitia. Subhanalloh.. mungkin dari segi usia
mereka tergolong masih muda, tapi sudah membulatkan niat dan tekad untuk
menyempurnakan agamanya. Seolah sindiran bagiku.. heu.

Petang itu sehabis pembagian tugas kepanitiaan untuk acara pernikahan dan
solat magrib, aku segera pulang bersama Si Vega yang setia menunggu. Seperti
biasa suasana jalan Cimahi menuju Bandung padat oleh kendaraan, sedikit
demi sedikit mulai senggang sebelum fly over Cimindi.

Langit mulai padam dan cahaya lampu satu per satu mulai terangi jalanan.
Angin semakin kencang ketika ku ajak Si Vega berlari, terus berlari menyusuri
jalanan Cibabat. Sampai akhirnya ketika akan melewati fly over Cimindi,
ada sebuah motor dinaiki oleh 2 orang laki-laki tiba-tiba melaju dari tengah
jalanan ke kanan tanpa melihat spion atau sekedar menoleh, mereka berniat
putar balik  Dan...
Bruuuk...
menabrak bagian samping motor ku, seketika itu aku terpental kedapan dan
tubuhku tersungkur dijalanan sementara mereka hanya terjatuh di tempat.

Terasa aga perih, kelu di tangan dan kaki, dan
terpikir tidak ada yang patah kan? bagaimana dengan si Vega? Lalu lamunanku
tersadarkan oleh orang2 yang memapahku ke tepi jalan. Setelah itu, aku cek
tangan dan kakiku tidak ada yang patah hanya sedikit lecet. Alahamdulillah...
Begitupun dengan motorku, tidak ada kerusakan yang parah.
Sementara mereka hanya membisu.. lalu meminta maaf. Sempat amarahku ingin
meledak, tapi hanya kata-kata yang aga meninggi "Hati-hati  dong!"

Sedikit termenung dengan tatapan kosong, mungkin ini teguran dari Allah,
mungkin ini tebusan dari kesalahan ku tempo dulu, mungkin balasan karna aku
pernah dzolim kepada orang lain, mungkin dan mungkin.
Lalu terpikir.. bagaimana jika terjadi hal yang lebih buruk lagi ? nauzubillah
Dan menyadari bahwa kematian itu ternyata dekat !
ini pelajaran bagiku agar lebih bijak lagi memanfaatkan Hidup.


Aku coba bangkit lalu kembali mengajak Vega untuk pulang, terdengar
kembali sahutan permintaan maaf. Aku mengangguk dan berlalu.
Angin menemani kepulanganku seolah mencoba untuk menenangkan.


By : TRQ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ichiriki Ramen dan Nuansa Negeri Sakura

Berbicara Bandung ga bisa dipisahkan sama yang namanya kuliner. Nah beberapa hari kemarin saya dapat ajakan dari barudak #BloggerBdg makan ramen gratis di salah satu resto jepang yang oriental menerutku, namanya ICHIRIKI RAMEN yang ada di jl. Riau dekat taman pramuka sbelah kiri jalan kalau dari arah Ahmad Yani. Siapa yang ga mau coba makan gratis ? tapi niat intinya sih biar bisa gabung sama komunitas blogger dan banyak belajar dari mereka (bang aswi dkk) #bukan alibi asli.. Ok balik lagi ke Ichiriki ramen, kalau dilihat tampilan tempatnya dari luar, nampak khas dengan sentuhan nuansa jepang yang eksotis dengan lampion-lampion, hiasan bunga sakura, backsound anime dan rimbunnya pepohon jl. Riau. ketika mulai masuk ke restonya lalu akan di suguhkan dengan jejeran gerobak, maksudnya apa sih ? Inilah yang di sebut konsep open kitchen, singkatnya pembeli bisa langsung ngeliatin pesenannya di masak  sama cheft nya langsung #bilang wow.. Sebelumnya ...

Jika ini yang terakhir

Setiap mahkluk bahagia menyambutnya Ada pula yang tidak ? Ah, biarlah itu pilihannya Entah kali keberapakah ia hadir Entah istimewa atau hanya numpang mampir ? Entah kan jumpa lagi atau ini yang terakhir ? Ia adalah pelipur lara,  disaat diri tenggelam dalam dosa Ia adalah penyemangat, ketika amalan kian berkarat Betapa besar kasih sayang-Mu ya Rabb... Engkau hadirkan Ramadan kembali Walaupun hamba sering kali lupa diri Hey ! Malulah diri ini jika mengingkari Hey ! Malu lah kamu jika tak jua perduli Karena kita tak pernah tau Kapan ombak menyentuh pasir Jangan biarkan hanya berlalu Mungkin saja ini Ramadan terakhir  By: orang yang berlumur dosa

Pagi Tadi

Tanpa sadar ibu sudah ada di kamarku, terlihat pipinya merona, membulat. Bibirnya menyungging senyum sampai terlihat giginya berbaris rapi, memberikan senyuman terindah khas ibuku. Ada sesuatu yang bisa ku baca namun kubantah diriku untuk berkata, bahasa verbal membuatnya lebih bernyawa. Kubalas dengan menatapnya penuh makna memberikan senyuman terindah yang ku punya. Dia lalu memeluk tubuhku seperti bayi pertamanya yang selesai di bedong, dinina bobokan dengan lagu cinta. Aku sedikit kaku dan kikuk dibuatnya tapi kuikuti saja alurnya, mataku memejam merasakan hangat setiap aliran pembuluh darah yang mengalir, tubuhku seakan menyusut kembali ke 22 tahun silam seperti balita yang manja oleh rengekan. Ku sandarkan kepalaku di bahunya lebih lama. Dia membelaiku dengan cinta, tangannya terasa lembut meski hapir setengah abad umurnya dimakan usia. Kudengar dia mengucapkan banyak doa, mengalir deras dari mulutnya.. "Moga jadi anak soleh, moga digampangkan rejekinya, dimuda...